Bukan Tol Dalam Kota Bandung, Pakar ITB Ungkap Solusi Kemacetan Lebih Tepat dengan Upaya ini

17 Agustus 2024, 18:30 WIB
Ilustrasi Tol Dalam Kota Bandung /pixabay

PRFMNEWS – Proyek Jalan Tol Dalam Kota Bandung atau Bandung Intra Urban Toll Road (BIUTR) dipastikan Kementerian PUPR akan kembali dilanjutkan dan dibangun mulai tahun 2024, sebagai salah satu solusi mengurai kemacetan lalu lintas. Namun, rencana pembangunan jalan tol baru di Kota Bandung ini menuai pro kontra.

Pakar transportasi dari Kelompok Keahlian Rekayasa Transportasi, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL), Institut Teknologi Bandung (ITB), Aine Kusumawati memberikan pandangannya terkait kelanjutan proyek Tol Dalam Kota Bandung yang ia nilai bukan menjadi solusi terbaik mengatasi masalah kemacetan di Kota Kembang.

“Jalan Tol (Dalam Kota Bandung) itu tidak akan menyelesaikan masalah (kemacetan),” kata Aine Kusumawati dalam keterangan tertulis di laman resmi ITB, dikutip pada Sabtu 17 Agustus 2024.

Baca Juga: Jalan Tol Dalam Kota Bandung Dibangun Tahun 2024 Sepanjang 27,3 Km, Rutenya Akan Lintasi Wilayah Ini

Aine menilai solusi terbaik mengatasi kemacetan bukanlah dengan membangun Tol Dalam Kota Bandung. Dia menyebut pengadaan transportasi umum massal yang memiliki jalur tersendiri justru menjadi solusi yang lebih tepat untuk mengatasi kepadatan lalu lalang kendaraan pribadi di Kota Bandung.

Pengoperasian angkutan umum massal sebagai solusi lebih tepat mengatasi masalah kemacetan dibandingkan Tol Dalam Kota Bandung, sebut Aine, memang akan terkendala sejumlah faktor.

Kendala yang mungkin dihadapi dalam membangun fasilitas angkutan umum massal, urainya, antara lain soal biaya dan kondisi eksisting jalanan di Kota Bandung.

Baca Juga: Tol Dalam Kota Bandung Disebut Solusi Jangka Pendek Atasi Kemacetan, Pakar Sarankan Pemerintah Bangun Ini

Badan jalan yang kecil tidak memungkinkan dibangunnya jalur khusus untuk transportasi umum tipe busway atau Bus Rapid Transit (BRT) seperti bus TransJakarta di DKI Jakarta.

Ia pun menilai transportasi umum eksisting seperti angkot dan Trans Metro Bandung (TMB) dinilai kurang efektif untuk dikembangkan karena jaringan jalan Kota Bandung sudah terlalu padat.

“Oleh karena itu, dibutuhkan angkutan umum massal yang memiliki jalur sendiri berupa jalur elevated (di atas permukaan tanah) dengan tipe transportasi Light Rail Transit (LRT). Dengan dikembangkannya fasilitas transportasi umum yang layak dan memadai, masyarakat lambat laun akan beralih sepenuhnya ke transportasi umum dan masalah kemacetan di Kota Bandung akan teratasi,” paparnya.

Baca Juga: PUPR Akan Bangun Tol Dalam Kota Bandung Berbentuk Jalan Layang di 2024, Rute Lewat KM 149 Gedebage

Lebih lanjut, Aine menjelaskan alasan Tol Dalam Kota Bandung dinilainya kurang efektif mengurai kemacetan. Menurut dia, proyek infrastruktur tersebut hanya menjadi solusi jangka pendek, lantaran dalam beberapa tahun ke depan kapasitas maksimal jalan akan terus penuh dan kemacetan akan muncul kembali.

“Dengan dibangunnya tol pun, kemungkinan masyarakat menggunakan kendaraan pribadi akan semakin meningkat,” sebutnya.

Belum lagi ia menyebut dari komposisi lalu lintas, jalanan di Kota Bandung justru didominasi kendaraan roda dua atau sepeda motor di mana proyek tol BIUTR ini tidak ditujukan bagi pengguna sepeda motor.

“Selain itu, meninjau rute yang akan dibangun, tidak semua pengguna kendaraan roda empat akan memanfaatkan tol dalam kota karena keterbatasan rute yang dimiliki. Hal tersebut mengindikasikan bahwa infrastruktur itu hanya akan mengatasi sebagian kecil dari akar permasalahan kemacetan di Kota Bandung,” ungkapnya.

Aine menambahkan, pembangunan Tol Dalam Kota Bandung akan membawa berbagai dampak tambahan bagi masyarakat seperti dalam jangka pendek, seperti proses pengerjaan konstruksi akan memicu kemacetan semakin parah di ruas-ruas jalan yang dilalui rute BIUTR ini.

“Saat jalan tol sudah jadi, bukan berarti dia akan menyelesaikan masalah, karena yang berpindah mungkin tidak banyak. Tapi, bayangkan nanti kalau ada lalu lintas yang di-generated oleh jalan tol tersebut. Orang-orang yang tadinya nggak kepikiran naik mobil mungkin jadi naik mobil,” terangnya.

Pola pergerakan masyarakat pun akan berubah, beban lalu lintas baru di daerah-daerah yang dihubungkan oleh tol akan muncul dan kapasitas jalan akan tercapai. Pada akhirnya, kemacetan akan timbul kembali.

“Kita tidak bisa terus-menerus menyediakan prasarana untuk mengakomodasi demand yang ada. Demand akan terus meningkat. Kalau demand terus meningkat, berarti kita harus terus membangun jalan baru,” tuturnya.***

Editor: Indra Kurniawan

Tags

Terkini

Trending